Sabtu, 27 Agustus 2011

Satu Cara Belajar Memahami Selera Konsumen

 

Selera konsumen terhadap sesuatu ternyata bersifat genetis. “Apakah Anda suka fiksi ilmiah, mobil hibrida, musik jazz, mustard, opera, dan cokelat hitam, itu semua memiliki komponen genetis,” Aner Sela memaparkan hasil penelitiannya. Asisten profesor bidang pemasaran di University of Florida tersebut memublikasikan hasil penelitiannya dalam "Journal of Consumer Research" edisi April 2011.
“Di sisi lain, kami tidak menemukan efek serupa pada seni abstrak, seni tindik tubuh, dan cilantro, yang bisa dibenci atau disukai orang.”

Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ditemukan pengaruh turunan dalam hal kecerdasan, kepribadian, dan bahkan perceraian, kecanduan obat-obatan dan pola pemilihan umum, ini merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa genetika memberi pengaruh dalam pilihan konsumen, lanjut Sela.

“Menarik untuk diketahui bahwa banyak yang kita lakukan dan kita hendaki sebenarnya berakar dari nenek moyang kita,” jelas Sela. Sela dan Itamar Simonson, profesor marketing di Stanford University, melakukan survei terhadap 110 pasang kembar identik dan kembar paternal berjenis kelamin sama tentang kecenderungan produk yang disukai dan pola belanja mereka, seperti apakah mereka lebih memilih untuk membelanjakan uang demi barang kebutuhan sehari-hari atau untuk menjalani perawatan spa mewah. Pilihan yang sama lebih umum ditemukan dalam pasangan kembar identik yang kode genetikanya identik daripada pada kembar paternal yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang serupa tetapi hanya memiliki setengah DNA yang sama.

Temuan bahwa selera konsumen sering ditentukan oleh faktor bawaan menyiratkan bahwa perusahaan bisa mengetahui lebih baik mengenai bagaimana melayani konsumen dalam menyatakan kecenderungan ekspresifnya dan kemudian bereaksi dengan produk tertentu daripada mengandalkan taktik pasar agar bisa mengubah perilaku konsumen.

“Penelitian konsumen sering menunjukkan bahwa konsumen berperilaku secara irasional dan memilih dengan pola yang acak,” katanya.

“Meskipun terkadang simpulan ini benar, kami menunjukkan bahwa orang tidak hanya seperti domba yang hanya bisa menjadi subjek dari pengaruh manipulatif orang lain tetapi sebenarnya telah memiliki suatu kualitas kepribadian yang menentukan proses pembuatan keputusan, kecenderungan bawaan dan kegemaran sejak lahir.”

Temuan tersebut menyiratkan bahwa kecenderungan dalam memilih yang kurang masuk akal bisa jadi berakar dari kecenderungan genetis. Di luar kesukaan dan ketidaksukaan produk tertentu, terdapat basis genetis untuk memilih sebuah kompromi atau opsi tengah, memilih antara sebuah kepastian dan perjudian yang penuh risiko.
Misalnya, keramik lukis yang bernilai seni bukanlah benda pakai yang selalu dibutuhkan orang. Karena sifatnya yang bukan benda pakai itulah, pelaku industri rumahan keramik lukis pemula merasa kesulitan memasarkan produknya.
Setidaknya begitulah menurut Hendralian, salah seorang pelaku industri rumahan keramik lukis, Oddgreen saat ditemui di pameran furniture Indonesia 2010, Jakarta Convention Center. "Kendalanya, cuma pemasarannya saja yang kurang karena keramik bukan barang primer," ujar Hendralian ketika ditanya tentang kendala bisnisnya.
Selain sifatnya yang bukan barang primer, memasarkan keramik lukis tangan seperti produk Oddgreen dikatakan Hendralian agak sulit jika kita tidak dapat menentukan sasaran produk.
Awalnya, produk Oddgreen seperti piring keramik lukis, mug lukis, vas bunga lukis tangan hendak di pasarkan ke pasaran produk seni. Namun, Hendralian mengatakan, "Masuk pasar yang seni-seni untuk pemula itu susah, Kalau di sini nggak sampe kayaknya. Keramik di Indonesia lebih ke arah etnik, harganya mahal-mahal, kalau pemula, nggak sampe," katanya.
Oleh karena itulah, dua penggagas Oddgreen, Hendralian dan Isdihar yang baru memulai bisnisnya tiga tahun itu, hanya memasarkan produknya melalui internet seperti blog, atau pada saat pameran-pameran produk kerajinan.
Dengan mengikuti berbagai pameran produk, lanjut Lian, mereka belajar melihat selera konsumen. "Kita kan belum tahu mana yang laku. Jadi, dari pameran kita belajarnya," ujarnya.
Dari mengikuti pameran tersebut, kedua pelaku bisnis keramik itu, Hendralian dan Isdihar memutuskan untuk menyasar ABG dengan menjual produk berdesain populer yang berwarna cerah dan murah meriah.
Contohnya saja, produk kalung dan gelang tali berliontin keramik lukis dijual mereka dengan harga murah meriah, yakni Rp 10 ribu. Desain pada liontin kalung dan gelang pun lucu-lucu. Ada yang bergambar hewan, bunga, vespa, wayang, dan gambar lainnya yang terkesan muda dengan warna yang cerah.

0 komentar:

Posting Komentar