"Kami mendapat laporan bahwa ada dua orang tentara bayaran asal Israel di Kenya yang datang ke sini untuk melakukan pembunuhan terhadap para tokoh politik penting di antara Perdana Menteri dan juru bicara Majelis Nasional," kata Millie Odhiambo, seorang anggota parlemen Kenya dan pendukung perdana menteri di negara tersebut.
Dalam sebuah konferensi pers di Nairobi, Perdana Menteri Raila Odinga membenarkan laporan itu. Ia menambahkan bahwa dirinya hendak membahas masalah itu dengan utusan Israel untuk Kenya.
"Sama seperti Anda semua, saya juga sudah mendengar mengenai tentara bayaran di sini, itu saja yang bisa saya katakan. Tapi, saya sudah mendapat permintaan dari duta besar Israel yang ingin bertemu saya untuk membahas masalah tersebut," kata Odinga, Selasa (22/2).
Sekitar 1.200 orang tewas dalam kekerasan pascapemilu di Kenya pada 2007 lalu.
Sejumlah tokoh dan kelompok politik mengatakan, Israel dan para sekutunya berada di balik kerusuhan politik dan etnis di negara tersebut empat tahun yang lalu.
Krisis politik di Kenya terjadi setelah Mbai Kwiki dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden pada 27 Desember 2007. Para pendukung lawan politik Kibaki, Raila Odinga, menyebut telah dilakukan manipulasi suara.
Para pendukung oposisi mengamuk di beberapa bagian di negara tersebut, yang paling kelihatan di Provinsi Nyanza, tempat asal Odinga, dan juga di berbagai perkampungan kumuh di Nairobi.
Polisi menembak sejumlah demonstran, beberapa di antaranya di hadapan kamera televisi. Hal itu menyebabkan amukan massa diarahkan kepada polisi.
Pada 28 Februari 2008, Kibaki dan Odinga menandatangani kesepakatan berbagi kekuasaan yang berujung pendirian kantor perdana menteri dan pemerintahan oposisi.
Tak hanya di Kenya, Israel juga diduga punya agenda di Sudan. April tahun lalu, Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir mengatakan bahwa tujuan Zionis Israel di kawasan Afrika dan Timur Tengah adalah mengendalilkan, mendominasi dan memperlemah negara-negara Arab. Mereka juga ingi mengadu domba dan menciptakan kekacauan dalam wujud masalah internal atau eksternal untuk tetap menjaga keberadaannya di Sudan.
Hal tersebut diungkapkan Bashir dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Libanon, AlJadid. Ia menambahkan, "Israel dan antek-anteknya ingin memperlemah Sudan dan melakukan penjajahan di tengah peperangan dan konflik, karena mereka tahu benar bahwa negara kami berukuran besar dan kaya sumber daya alam. Mereka menimbulkan konflik internal. Setelah pemerintahan Sudan mampu mencapai perdamaian di selatan, mereka membuka kembali isu Darfur dan isu-isu lain di sebelah timur Sudan dan mereka juga menghasut negara-negara tetangga."
Presiden Sudan tersebut menambahkan, "Upaya (Israel) tersebut dilakukan untuk menyerang ekonomi Sudan karena kami adalah negara yang kaya akan sumber daya, perusahaan-perusahaan internasional yang serakah ingin menguras sumber daya tersebut, mereka memicu ancaman intenal dan eksternal Sudan agar Sudan akhirnya tunduk di bawah kekuasaan pasukan asing di negaranya sendiri."
Dia menekankan bahwa Khartoum menghadapi ancaman-ancaman tersebut karena berpegang teguh pada prinsip, hak-hak, dan keyakinan kepemimpinan Sudan. Ia menghimbau rakyat Sudan untuk bekerja sama dan mengklarifikasi seluruh permasalahan secara terbuka kepadanya, ia juga berniat menjelaskan posisi yang sebenarnya, siapa saja kawan sejati negara-negara Afrika, Muslim, Asia dan Amerika Selatan, jika Barat memutuskan untuk melakukan blokade ekonomi, politik dan diplomatik.
0 komentar:
Posting Komentar