
Birokrat pemalu dengan sebuah kumis yang rapi dan setelan kordurai telah menghabiskan 45 tahun menulis memo, ikut menandatangani permintaan-permintaan dan dengan tenang meningkat melalui bank pusat negara tersebut.
Namun posisinya yang tanpa tanda jasa di dalam sejarah Afghanistan tersebut dijamin oleh sebuah rahasia nasional seketika ia menjaga setekun sekarang ketika ia menyeimbangkan pembukuannya.
Karena ia menyimpannya, disamping adanya ujung senjata mesin Taliban, para pengunjung Museum Inggris bulan depan akan melihat beberapa dari penemuan arkeologi terkenal yang pernah dikoleksi.
Lebih dari 230 potongan harta benda Asia Tengah berasal dari empat milenium lalu akan dipertontonkan dalam sebuah pameran yang bertajuk Afghanistan: Crossroads of The Ancient World.
Pameran tersebut akan mengumpulkan harta peninggalan terbaik arkeologi Afghanistan, yang disimpan melalui ratusan tahun perdagangan dan penundukan di pusat Asia tersebut.
Namun semua harta tersebut kemungkinan telah hilang jika tanpa adanya bankir pendiam yang telah menyimpan semua harta arkeologi tersebut dari para Taliban.
Dibesarkan di Kabul, di dalam kekuasaan almarhum raja sebelumnya, Askarzai telah selalu merasa terpesona oleh bank-bank kota tersebut. Sangat ingin bekerja di dalam istana-istana uang tersebut, ia mendapatkan sebuah masa magang yang tidak dibayar pada usia 14 tahun dan melanjutkan untuk berlatih di institute perbankan kota tersebut sampai ia mendapatkan pekerjaan pertamanya pada usia 18 tahun.
Karirnya di dalam bank meningkat, tanpa hambatan oleh perlawanan luar dan invasi Soviet, sampai ia menjadi penduduk yang ahli dalam mencetak uang kertas, dan kunci pemegang resmi untuk ruang besinya.
Pada saat itu adalah sebuah masa emas penemuan arkeologi di Afghanistan. Sepanjang abad ke-20, tim Soviet, Perancis dan Amerika telah menyisir gurun pasir dan pegunungan negara tersebut mencari kota tertinggal yang berasal dari masa Alexander Agung.
Duduk pada rute perdagangan karavan kuno dan disapu oleh para penyerbu dari Alexander sampai Genghis Khan, Afghanistan memiliki beberapa barang pusaka dari negara manapun.
Banyak tempat-tempat penting telah ditemukan ketika penemuan terbesar dari semuanya datang pada akhir tahun 1978. Arkeolog Soviet bekerja di dekat kota bagian utara Sheberghan, yang di dalamnya adalah kerajaan kuno Bactria, terpisah menjadi sebuah gundukan tanah rendah lokal yang diberi nama Tillya Tepe – bukit emas.
Menunggu mereka semua adalah enam ruang pemakaman yang terdiri dari 21.000 kepingan harta peninggalan yang telah terbaring tanpa terganggu.
Kekayaan manusia pengembara di Tillya Tepe memiliki sebuah koleksi ornamen yang mengejutkan, mahkota, perhiasan, sabuk, dan koin yang berbentuk kuno dalam warna, emas, pirus, dan lapis lazuli (batu semi berharga semacam permata berwarna biru). Mata uang India dicampur dengan patung-patung Yunani, cermin-cermin China dan sadel-sadel dari padang rumput Siberia.
Emas Bactria dengan segera menjadi kebanggaan Afghanistan dan segera terancam oleh namanya yang sangat terkenal.
Ketika pasukan Soviet mulai pergi pada tahun 1988, Presiden Mohammed Najibullah dan stafnya di museum nasional memutuskan bahwa harta peninggalan emas negara tersebut akan menjadi sebuah taget untuk meningkatkan perlawanan Mujahideen dan harus dipisah-pisah dan tersembunyi. Sebagai penjaga ruang brankas, Askarzai diminta untuk membantu menemukan sebuah tempat persembunyian.
Omara Khan Masoudi, sekarang adalah direktur umum Museum Nasional Kabul, masih mengingat rasa takut akan kehilangan koleksi berharga museum tersebut.
"Kami pikir bahwa ketika Mujahideen berkuasa, jika semua harta berharga tersebut disimpan di dalam satu tempat, kemungkinan mereka akan dicuri," ia mengingat kembali,
Sekumpulan konspirator disumpah untuk kerahasiaan dan saran Askarzai untuk memilih sebuah brankas besi kuat buatan Jerman atas dasar kepresidenan untuk menyimpan koleksi terbaik tersebut.
Ketika tank-tank Soviet menyebrangi sungai Amu Darya kembali ke USSR, para konspirator tersebut mengendalikan enam bagasi yang tidak dideskripsikan berisikan harta peninggalan tersebut dari museum menuju brankas. Ketika semua harta tersebut disembunyikan di dalam sebuah ruang belakang, Askarzai mengembalikan kuncinya, mengacak kunci kombinasi dan pergi berlalu.
Tahun berikutnya beberapa yang terkejam di dalam sejarah Kabul. Rival panglima perang mengurangi kota tersebut menjadi reruntuhan ketika mereka menghujani roket pada posisi satu sama lain dan membunuh, menyiksa ketika mereka bertempur dari rumah ke rumah. Museum nasional tersebut segera jatuh ke tangan pemerintah dan dibakar dan dijarah, kehilangan sekitar 70 persen dari koleksinya.
Di tengah-tengah semua ini, para konspirator tersebut tetap menjaga rahasia mereka. "Kami tidak pernah memberikan informasi kepada siapa saja tentang di mana harta kekayaan tersebut,"Masoudi mengingat kembali. "Ketika kita melihat situasi tersebut begitu buruk, dan segala sesuatu dijarah, kami tetap diam."
"Saya mempercayai semua kolega saya. Mereka berpikir tentang penyimpanan warisan budaya tersebut. Saya pikir semua harta tersebut milik semua orang di Afghanistan dan semua harta tersebut juga bagian dari kebudayaan manusia."
Ketika Taliban mengambil alih Kabul pada tahun 1996, salah satu dari kunjungan pertamanya adalah ke pusat untuk memeriksa persediaan emas negara tersebut. Masuk ke dalam kantor Askarzai meledakkan sebuah pesta para pejuang yang memegang senjata Kalashnikov mengawal Mullah Mohammad Hassan Akhnud, deputi pertama dari dewan kementerian, dan menteri kebudayaannnya Mullah Amir Khan. Mereka memiliki dua metalurgis bersama mereka dan menuntut ia membawa kedua metalurgi tersebut masuk ke dalam brankas atas dasar kepresidenan.
"Mereka menempatkan tiga pistol di kepala saya, salah satu di depan dan di setiap sisi dan mengatakan bahwa mereka akan membunuh saya," ia mengatakan kepada kantor berita Sunday Telegraph. "mereka mengatakan kepada saya bahwa saya harus membuka pintu tersebut."
Seketika di dalam, metalurgis tersebut melihat lurus pada bulyon emas yang masih tetap ada dan mempersiapkan campuran bahan kimia untuk menguji kemurnian emas tersebut. Memastikan batangan-batangan emas tersebut asli, mereka terlihat santai.
"Apa yang ada di dalam ruangan tersebut?" seorang menteri mengatakan menunjuk pada ruangan tambahan yang menyimpan bagasi harta peninggalan tersebut.
"Hanya keramik," Askarzai berbohong.
Nampaknya merasa puas, mereka pergi, namun Askarzai tidak merasa lega. "Saya tidak mempercayai mereka," ia mengatakan. "Saya pikir kemungkinan beberapa hari mereka akan kembali dan menanyakan kunci dan mereka akan berusaha untuk mencuri semuanya. Semua ini untuk Afghanistan, bukan untuk mereka."
Ketika ia menutup pintu, ia dengan sengaja membalik kunci dan mematahkan kunci tersebut, menutup brankas tersebut dan rahasia di dalamnya.
Taliban tidak puas dengan bankir tersebut. Pada tahun 2001, ketika mereka mempersiapkan untuk melarikan diri dari pasukan yang didukung AS untuk menggulingkan rejim mereka, mereka berhenti dengan tergesa-gesa di brankas tersebut untuk membawa pergi emas-emas tersebut. Saat ini pintu tersebut ditutup. "Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak bisa membukanya. Kuncinya rusak," Askarzai menagtakan. Tak berdaya dan marah, mereka menembak udara sebelum menghilang ke arah selatan.
Tindakan terakhir mereka adalah melempar Askarzai di penjara untuk balas dendam. Ketika Hamid Karzai membutuhkan seseorang untuk mengeluarkan uang untuk pemerintahannya yang baru, ia ditemukan – tiga bulan dan 19 hari kemudian – dan dibebaskan.
Tidak sampai tahun 2003, para konspirator tersebut merasa cukup nyaman untuk membuka rahasia mereka. Brankas tersebut dibuka, di depan keramaian kegembiraan nasional.
Merasa takut akan Taliban dan pers, Askarzai sampai akhir-akhir ini tidak bersedia untuk berbicara tentang peranannya sebagai penyelamat harta kekayaan nasional. Ia tidak akan berada di antara seorang delegasi museum Afghanistan menghadiri pembukaan pameran tersebut dan mengerutu bahwa yang lainnya telah menghasilkan sepuluh ribuan pound dari peranannya dalam cerita tersebut.
Presiden Afghanistan dua tahun lalu menganugerahinya sebuah medali, namun masih belum diberikan. "Saya menunggu Yang Mulia untuk memiliki beberapa waktu senggang," Askarzai menjelaskan dengan sopan.
Untuk sekarang ia melanjutkan posisinya sebagai pimpinan pengeluaran uang tunai di bank sentral. "Yang Mulia presiden mengatakan bahwa saya bisa mendapatkan pekerjaan saya sampai mereka membawa saya di atas sebuah usungan," ia mengatakan dengan sebuah senyuman
0 komentar:
Posting Komentar