
"Masak pemimpin politik melakukan studi banding. Itu pekerjaan teknis, seharusnya cukup dilakukan staf saja," ujar Jimly dalam seminar 'Redefinisi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian dalam Sistem Ketatanegaraan RI' yang diselenggarakan Kementerian PAN di Jakarta, Selasa (1/3/2011). Tujuan studi banding terakhir politisi Senayan adalah ke Yunani yang menyangkut etika anggota dewan, Afrika Selatan, Jepang dan Korea untuk studi banding soal Pramuka dan Belanda untuk studi soal pertanian.
Ditambahkan Jimly, sebagai wakil rakyat, seharusnya anggota dewan banyak menghabiskan waktunya untuk kepentingan rakyat secara nyata. "Semua anggota DPR waktunya habis untuk mengurusi pekerjaan staf," katanya.
Studi banding anggota dewan sudah lama jadi sorotan. Akhir tahun lalu, saat rentetan bencana terjadi di Indonesia: banjir bandang Wasior 4 Oktober. Gempa dan tsunami Mentawai 25 Oktober. Letusan Merapi 26 Oktober -- sejumlah anggota dewan tetap nekat ke luar negeri. Bahkan, ada pula yang membawa anggota keluarganya.
Dua di antaranya adalah dari Panitia Khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang studi banding ke Korea Selatan dan Jepang, serta rombongan dari anggota Komisi V dalam tim Panitia Khusus Rumah Susun ke Moskow, Rusia. Masing-masing rombongan mendapat plafon Rp1,7 miliar untuk masing-masing misi dan tujuan.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu studi banding para anggota dewan ke luar negeri mendapat sorotan negatif dari publik. Beberapa studi banding yang dilakukan DPR di antaranya studi banding Panja Pramuka Komisi X ke Jepang, Korsel dan Afsel. Selain itu BK DPR melakukan studi banding ke Yunani yang kemudian singgah di Turki.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar